Kamis, 19 Desember 2019

Tentang Kalian

Tentang Kalian


Setelah aku lulus SMA aku melanjutkan sekolah di sebuah universitas negeri di kota pelajar. Awal aku masuk di sekolah baruku banyak hal-hal lucu terjadi. Teman pertama yang aku jumpai adalah si cantik bernama Nimah. Dia orang yang ramah dan tau banyak informasi. Selain dia, aku juga berjumpa dengan calon teman-temanku yang lain. Setelah masa ospek selesai, masa perkuliahan pun dimulai. Diawal-awal perkuliahan kami sudah mendapat sebuah tugas yang bisa dibilang cukup menguras tenaga. Diakhir perkuliahan hari itu Nimah mengajakku untuk menyelesaikan tugas tersebut di kosan seorang teman kami. Ternyata bukan hanya kami, banyak sekali teman-teman yang ikut mengerjakan tugas tersebut. Akhirnya kami mengerjakannya hingga sore menjelang dan waktu kepulangan kami pun telah tiba, tapi tugas yang kami kerjakan belum juga selesai. Kemudian, atas inisiatif dari salah seorang teman kami, tugas itu diselesaikan melalui kerja kelompok online. Sesampainya kami di rumah, sebuah grup belajar kelompok telah terbentuk. Grup itu akhirnya menjadi grup milik kami pribadi. Di dalamnya tak hanya berisi obrolan-obrolan tentang pelajaran, tapi juga tumpahan segala rasa dan cerita. Kini grup itu bernama ETA. Entahlah ispirasi dari mana yang pasti nama itu terbentuk saat lirik “eta terangkanlah” viral. Gak jelas banget memang seperti cerminan dari orang-orang yang ada di dalamnya. Termasuk aku. Grup itu diisi oleh 12 orang temanku. Perkenalkan mereka adalah Momo, Yuri, Nisa, Nimah, Ina, Mei, Fara, Deysi, Titis, Retno, Ifah, dan Ana. Aku tidak dekat dengan masing-masing dari mereka, tapi ketika kita berkumpul aku merasa nyaman berada diantara mereka. Hari-hari kami tak selalu kami habiskan bersama. Kami lebih memilih menjalani setiap hari dengan kesibukan masing-masing dengan tetap berinteraksi atau bersamaan dengan salah satu dari mereka. Walaupun kami berbanyak kami memiliki kenyamanan masing-masing terhadap satu sama lain. Itu wajar bukan, karena dalam setiap teman dekat pasti ada salah satu yang menjadi teman terdekat. Tak jarang pula kami meluangkan waktu khusus untuk sekedar berkumpul bersama dan berbagi kisah.
Selama satu semester, aku habiskan hari-hariku bersama mereka. Ketika memasuki semester kedua perkuliahan aku mulai mendaftar sebuah organisasi. Aku mendaftar organisasi itu bersama Nisa dan Nimah. Tapi, Nimah mengundurkan diri diawal seleksi karena jadwal tes tulis bersamaan dengan jadwal kepulangannya di kampung halaman. Nisa dan aku, kami melalui serangkaian alur pendaftaran hingga selesai, tapi pada saat pengumuman Nisa dan aku mendapatkan hasil yang berbeda. Hasil yang berbeda ini membuatku takut dan merasa bersalah pada Nisa, aku juga sempat takut Nisa marah terhadapku. Yah sudahlah, memang dasarnya kami teman dekat dan Nisa itu orang yang baiknya gak ketulangan, akhirnya kami dak marahan. Tak selang lama setelah kejadian itu, Nisa mendapat tawaran untuk menjadi staf dalam organisasi yang menaungi lembaga yang aku ikuti. Apa kau tahu akhirnya seperti apa? Ya Nisa masuk dalam seleksi staf itu, pada akhirnya kami tetap seorganisasi namun bedanya kita sibuk di ruang lingkup yang berbeda.
Sejak saat itu, kesibukanku mulai tersita di organisasi.            
Di organisasi itu aku berjumpa dengan teman-teman angkatanku. Kami berjumlah 18 orang, yang terdiri dari aku, Mahmud, Jevi, Sulis, Rara, Rere, Fidi, Zahra, Ayu, Biza, Fira, Lia, Ani, Inta, Vivi, Diah, Nita, dan  Niha. Mereka semua adalah teman angkatanku yang hampir setiap hari aku jumpai karena padatnya kegiatan di organisasi itu. Karena intensitas bertemu yang tinggi membuat kami dekat satu sama lain. Menurutku kami itu unik. Uniknya, ketika ada kegiatan atau sekedar latihan kami bisa berkumpul, ketika tidak sengaja kami bisa tiba-tiba mengadakan agenda buat kumpul, tapi kalo udah direncanain di koar-koarin buat kumpul sulit sekali untuk menyatukan jadwal kami, tak jarang hari kumpul itu tak ditemukan titik temu dan hanya berakhir jadi wacana. Kami seperti perkawanan pada umumnya tak luput dari pertengkaran. Pertengkaran diantara kami pun unik, karena setiap kali kami bertengkar semua uneg-uneg itu bisa dikeluarin sebebas mungkin tanpa rasa sungkan dan yang kena omelan pun dak marah malah saling mengumpat terang-terangan, kalau pun ada yang marah betulan atau merasa benar-benar tersinggung paling kami gibahin mereka sebentar terus lega deh. Yah sesimpel itulah kami. Serasa melihat panggung sandiwara.
Begitulah rekam jejak kawan-kawanku. Aku bersyukur rotasi kehidupanku bisa bersinggungan dengan mereka dan dengan kamu, iya kamu yang lagi duduk sambil baca tulisan ini, terima kasih telah berlalu-lalang dalam guliran hari-hariku.




Salam

1 komentar: