Tentang Kalian
Setelah aku lulus SMA aku melanjutkan
sekolah di sebuah universitas negeri di kota pelajar. Awal aku masuk di sekolah
baruku banyak hal-hal lucu terjadi. Teman pertama yang aku jumpai adalah si
cantik bernama Nimah. Dia orang yang ramah dan tau banyak informasi. Selain dia, aku juga berjumpa dengan
calon teman-temanku yang lain. Setelah masa ospek selesai,
masa perkuliahan pun dimulai. Diawal-awal perkuliahan kami sudah mendapat
sebuah tugas yang bisa dibilang cukup menguras tenaga. Diakhir perkuliahan hari
itu Nimah mengajakku untuk menyelesaikan tugas tersebut di kosan seorang teman
kami. Ternyata bukan hanya kami, banyak sekali teman-teman yang ikut mengerjakan
tugas tersebut. Akhirnya kami mengerjakannya hingga sore
menjelang dan waktu kepulangan kami pun telah tiba, tapi tugas
yang kami kerjakan belum juga selesai. Kemudian, atas inisiatif dari salah
seorang teman kami, tugas itu diselesaikan
melalui kerja kelompok online. Sesampainya
kami di rumah, sebuah grup belajar kelompok telah terbentuk. Grup itu akhirnya
menjadi grup milik kami pribadi. Di dalamnya tak hanya berisi obrolan-obrolan
tentang pelajaran, tapi juga tumpahan segala rasa dan cerita. Kini grup itu
bernama ETA. Entahlah ispirasi dari mana yang pasti nama itu terbentuk saat
lirik “eta terangkanlah” viral. Gak jelas banget memang seperti cerminan dari
orang-orang yang ada di dalamnya. Termasuk aku. Grup itu diisi oleh 12 orang
temanku. Perkenalkan mereka adalah Momo, Yuri, Nisa, Nimah, Ina, Mei, Fara,
Deysi, Titis, Retno, Ifah, dan Ana. Aku tidak dekat dengan masing-masing dari mereka,
tapi ketika kita berkumpul aku merasa nyaman berada diantara mereka. Hari-hari
kami tak selalu kami habiskan bersama. Kami lebih memilih menjalani setiap hari
dengan kesibukan masing-masing dengan tetap berinteraksi atau bersamaan dengan
salah satu dari mereka. Walaupun kami berbanyak kami memiliki kenyamanan
masing-masing terhadap satu sama lain. Itu wajar bukan, karena dalam setiap
teman dekat pasti ada salah satu yang menjadi teman terdekat. Tak jarang pula
kami meluangkan waktu khusus untuk sekedar berkumpul bersama dan berbagi kisah.
Selama satu semester,
aku habiskan hari-hariku bersama mereka. Ketika memasuki semester kedua
perkuliahan aku mulai mendaftar sebuah organisasi. Aku mendaftar organisasi itu
bersama Nisa dan Nimah. Tapi, Nimah mengundurkan diri diawal seleksi karena jadwal
tes tulis bersamaan dengan jadwal kepulangannya di kampung halaman. Nisa dan
aku, kami melalui serangkaian alur pendaftaran hingga selesai, tapi pada saat
pengumuman Nisa dan aku mendapatkan hasil yang berbeda. Hasil yang berbeda ini
membuatku takut dan merasa bersalah pada Nisa, aku juga sempat takut Nisa marah
terhadapku. Yah sudahlah, memang dasarnya kami teman dekat dan Nisa itu orang
yang baiknya gak ketulangan, akhirnya kami dak marahan. Tak selang lama setelah
kejadian itu, Nisa mendapat tawaran untuk menjadi staf dalam organisasi yang
menaungi lembaga yang aku ikuti. Apa kau tahu akhirnya seperti apa? Ya Nisa
masuk dalam seleksi staf itu, pada akhirnya kami tetap seorganisasi namun
bedanya kita sibuk di ruang lingkup yang berbeda.
Sejak saat itu,
kesibukanku mulai tersita di organisasi.
Di organisasi itu
aku berjumpa dengan teman-teman angkatanku. Kami berjumlah 18 orang, yang
terdiri dari aku, Mahmud, Jevi, Sulis, Rara, Rere, Fidi, Zahra, Ayu, Biza,
Fira, Lia, Ani, Inta, Vivi, Diah, Nita, dan Niha. Mereka semua adalah teman angkatanku
yang hampir setiap hari aku jumpai karena padatnya kegiatan di organisasi itu. Karena
intensitas bertemu yang tinggi membuat kami dekat satu sama lain. Menurutku kami
itu unik. Uniknya, ketika ada kegiatan atau sekedar latihan kami bisa
berkumpul, ketika tidak sengaja kami bisa tiba-tiba mengadakan agenda buat
kumpul, tapi kalo udah direncanain di koar-koarin buat kumpul sulit sekali
untuk menyatukan jadwal kami, tak jarang hari kumpul itu tak ditemukan titik
temu dan hanya berakhir jadi wacana. Kami seperti perkawanan pada umumnya tak
luput dari pertengkaran. Pertengkaran diantara kami pun unik, karena setiap
kali kami bertengkar semua uneg-uneg itu bisa dikeluarin sebebas mungkin tanpa
rasa sungkan dan yang kena omelan pun dak marah malah saling mengumpat
terang-terangan, kalau pun ada yang marah betulan atau merasa benar-benar
tersinggung paling kami gibahin mereka sebentar terus lega deh. Yah sesimpel
itulah kami. Serasa melihat panggung sandiwara.
Begitulah rekam
jejak kawan-kawanku. Aku bersyukur rotasi kehidupanku bisa bersinggungan dengan
mereka dan dengan kamu, iya kamu yang lagi duduk sambil baca tulisan ini, terima
kasih telah berlalu-lalang dalam guliran hari-hariku.
Salam